
Have Seat Will Travel – Brand kini berlomba menghubungkan iklan offline dengan kanal digital demi mengukur roi kampanye cetak secara lebih akurat dan terukur.
Banyak pemasar masih ragu ketika harus mengukur roi kampanye cetak karena hasilnya tidak seinstan iklan digital. Namun, iklan majalah, koran, katalog, dan brosur masih mampu mendorong penjualan jika dikelola dengan data. Selain itu, iklan cetak sering memberi kesan kredibel dan eksklusif yang sulit digantikan.
Meski begitu, tanpa metode yang jelas, biaya produksi dan distribusi media cetak terasa mahal. Karena itu, pemasar perlu merancang sistem mengukur roi kampanye cetak yang terintegrasi dengan strategi digital. Pendekatan ini membantu melihat kontribusi nyata iklan cetak terhadap awareness, leads, dan penjualan.
Langkah pertama untuk mengukur roi kampanye cetak adalah mendefinisikan tujuan yang spesifik. Tujuan bisa berupa peningkatan kunjungan toko, kenaikan penjualan produk tertentu, atau jumlah pendaftar program loyalty. Sementara itu, target yang jelas akan memudahkan pemilihan indikator.
Setelah itu, tentukan metrik utama. Beberapa metrik yang sering dipakai antara lain volume penjualan selama periode kampanye, jumlah kupon yang ditebus, dan trafik ke landing page khusus. Di sisi lain, awareness dapat diukur melalui survei brand recall atau brand recognition sebelum dan sesudah kampanye.
Akibatnya, proses mengukur roi kampanye cetak tidak lagi bergantung pada asumsi. Pemasar bisa menghitung biaya per respon, biaya per lead, hingga biaya per penjualan dengan lebih presisi. Anggaran pun dapat dialihkan ke format materi dan channel cetak yang paling efektif.
Pemakaian kode unik adalah cara populer untuk mengukur roi kampanye cetak. Kode voucher berbeda untuk setiap media atau kota akan menunjukkan sumber respon paling kuat. Setelah itu, pemasar dapat membandingkan performa antar media secara objektif.
Selain itu, pemanfaatan URL pendek dan landing page khusus sangat membantu. Setiap iklan cetak sebaiknya mengarahkan pembaca ke halaman unik, misalnya dengan nama promo atau edisi. Dengan begitu, data kunjungan dan konversi dari halaman tersebut jelas berasal dari iklan cetak.
Teknologi QR code juga semakin penting dalam mengukur roi kampanye cetak. Satu pindai QR bisa membawa konsumen ke halaman produk, formulir pendaftaran, atau katalog online. Bahkan, perilaku pengguna setelah memindai kode bisa dianalisis layaknya trafik digital lainnya.
Agar mengukur roi kampanye cetak lebih objektif, semua biaya harus dihitung. Termasuk biaya desain kreatif, produksi, distribusi, sewa slot majalah atau koran, hingga ongkos logistik. Sementara itu, waktu tenaga kerja internal juga perlu diperhitungkan sebagai biaya.
Di sisi lain, manfaat yang dihitung tidak hanya penjualan langsung. Peningkatan jumlah leads berkualitas, kenaikan trafik website, dan pertumbuhan database pelanggan juga termasuk manfaat. Karena itu, pemasar perlu memetakan mana benefit jangka pendek dan mana yang jangka panjang.
Setelah data terkumpul, gunakan rumus sederhana untuk mengukur roi kampanye cetak: (Total keuntungan – Total biaya) / Total biaya. Angka ROI positif menunjukkan kampanye menghasilkan lebih banyak keuntungan dibanding biaya. Angka ini bisa dibandingkan dengan ROI kanal digital lain untuk menentukan prioritas anggaran.
Bayangkan sebuah ritel fashion yang menebar katalog cetak dengan QR code unik di setiap halaman produk. Mereka fokus mengukur roi kampanye cetak dengan melacak berapa banyak kunjungan dan transaksi yang datang dari QR tersebut. Hasilnya, beberapa kategori produk menunjukkan konversi tinggi dari katalog dibanding iklan display digital.
Karena itu, tim marketing memutuskan memperbanyak halaman katalog untuk kategori yang paling laku. Sementara kategori dengan performa rendah dialihkan ke promosi digital berbiaya lebih rendah. Pendekatan ini membuktikan bahwa mengukur roi kampanye cetak dapat membantu optimasi lintas kanal.
Read More: Kumpulan data performa iklan offline dan online terbaru untuk pemasar
Praktik terbaik lain adalah melakukan A/B test versi kreatif di media cetak. Misalnya, dua desain iklan di dua edisi koran berbeda, masing-masing dengan kode voucher unik. Dengan begitu, perusahaan bisa mengukur roi kampanye cetak berdasarkan desain, penawaran, dan call-to-action yang berbeda.
Pemasar yang serius mengukur roi kampanye cetak perlu mengintegrasikan data offline ke CRM atau marketing automation. Setiap kupon, panggilan telepon, atau formulir kertas sebaiknya dimasukkan ke sistem secara konsisten. Namun, perlu standar input agar data bersih dan dapat dianalisis.
In addition, tim data dapat menghubungkan riwayat pembelian pelanggan dengan sumber kampanye. Konsumen yang pertama kali mengenal brand melalui iklan cetak bisa menunjukkan lifetime value tinggi. Informasi ini membuat mengukur roi kampanye cetak menjadi lebih strategis, bukan hanya hitungan satu periode promosi.
Karena itu, dashboard terpadu yang menampilkan performa cetak dan digital berdampingan akan sangat membantu manajemen. Semua pihak dapat melihat kontribusi relatif tiap kanal tanpa bias. Pada akhirnya, keputusan anggaran lebih berdasarkan data daripada sekadar intuisi.
Banyak brand besar tetap mengukur roi kampanye cetak karena kanal ini memberi diferensiasi. Sentuhan fisik majalah, katalog, atau brosur membangun pengalaman yang lebih intim. Sementara itu, susunan layout yang rapi dan visual berkualitas memberi kesan premium.
Bahkan, beberapa segmen usia dan wilayah masih lebih responsif terhadap media cetak dibanding iklan digital. Jika pemasar mampu mengukur roi kampanye cetak dengan benar, investasi di kanal ini tidak akan sia-sia. Strategi yang tepat justru menjadikan iklan cetak dan digital saling menguatkan.
Pada akhirnya, masa depan komunikasi pemasaran bukan memilih salah satu, melainkan memadukan keduanya. Brand yang terus mengukur roi kampanye cetak secara disiplin akan mengetahui porsi ideal antara budget offline dan online. Pendekatan berbasis data ini membantu perusahaan tumbuh berkelanjutan sambil tetap relevan di mata konsumen.