Have Seat Will Travel – Pesona Way Kambas tak hanya identik dengan gajah Sumatera yang sering dijadikan simbol taman nasional ini, tetapi juga keanekaragaman hayatinya yang luar biasa. Terletak di Lampung Timur, kawasan konservasi ini menawarkan habitat bagi berbagai satwa yang kini semakin sulit ditemukan di alam bebas. Hewan seperti tapir, harimau Sumatera, rusa sambar, hingga kucing emas menjadikan taman ini rumah perlindungan mereka. Di sisi flora, hutan lebatnya ditumbuhi pohon meranti, rengas, damar, serta semak-semak khas hutan tropis. Tumbuhan langka seperti puspa dan nyamplung juga masih dapat ditemukan tumbuh alami di sini. Keunikan ekosistem Way Kambas menjadikannya tak hanya penting secara ekologi, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun internasional. Kawasan ini menjadi pilihan tepat bagi pecinta alam dan fotografer yang ingin menyaksikan alam liar Sumatera dalam bentuk paling murninya.
Pesona Way Kambas juga tersimpan dalam sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Taman ini sejatinya telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, namun baru secara resmi ditetapkan sebagai taman nasional pada 13 Maret 1991. Sejak itu, pengelolaannya dipercayakan kepada lembaga konservasi yang kini dikenal sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas. Dari waktu ke waktu, peran taman ini makin berkembang bukan hanya sebagai pusat pelestarian, namun juga sebagai destinasi wisata edukatif dan ilmiah. Berbagai perubahan struktur pengelolaan dilakukan demi menyesuaikan regulasi nasional dalam perlindungan sumber daya alam. Keberadaan taman ini menjadi penanda pentingnya konservasi di tengah ancaman kerusakan habitat satwa langka. Sejak dahulu hingga kini, Way Kambas terus dijaga sebagai salah satu benteng terakhir satwa endemik Pulau Sumatera.
“Baca juga: Tersembunyi di Hutan Gowa, Air Terjun Parangloe Bikin Siapapun Terpukau!”
Perjalanan menuju Taman Nasional Way Kambas bisa dilakukan dengan beberapa jalur utama, tergantung dari titik keberangkatan. Jika datang dari Pelabuhan Bakauheni, jarak yang harus ditempuh sekitar 103 kilometer dengan estimasi waktu 2 jam 18 menit. Alternatif lain adalah melalui Stasiun Tanjung Karang yang memerlukan waktu tempuh sekitar 2 jam 15 menit. Sedangkan dari Bandara Raden Intan, perjalanan bisa menjadi lebih cepat dengan durasi kurang lebih 1 jam 50 menit sejauh 77 kilometer. Akses ke taman ini sudah cukup baik, dengan jalan utama yang bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat. Lokasi Way Kambas yang strategis memungkinkan wisatawan dari berbagai penjuru Lampung hingga luar kota untuk berkunjung dengan mudah. Kemudahan akses tersebut turut meningkatkan potensi taman nasional ini sebagai destinasi wisata unggulan di Sumatera.
Untuk menikmati seluruh pesona Way Kambas, pengunjung dikenakan biaya tiket yang cukup terjangkau. Tiket masuk dibedakan berdasarkan kategori hari kunjungan dan status pengunjung seperti wisatawan lokal, asing, maupun pelajar. Pada hari biasa, wisatawan lokal hanya membayar Rp 5.000, sementara wisatawan asing dikenakan Rp 150.000. Di hari libur, tarif meningkat sedikit menjadi Rp 7.000 dan Rp 225.000 masing-masing. Selain itu, ada biaya tambahan jika ingin melakukan kegiatan khusus seperti berkemah, menyusuri hutan, hingga pengamatan satwa. Bahkan kegiatan penelitian dikenakan biaya berdasarkan durasi dan status peneliti. Untuk pengambilan gambar komersial seperti video dan foto, juga berlaku tarif terpisah. Semua biaya tersebut digunakan sebagai kontribusi bagi pelestarian kawasan dan pemeliharaan fasilitas yang ada di dalam taman nasional.
“Simak juga: Bukan Cuma Belanja, Mall of Indonesia Kini Jadi Pusat Revolusi Sampah Jakarta!”
Way Kambas tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga fasilitas yang mendukung kenyamanan dan kegiatan edukatif bagi pengunjung. Area taman seluas lebih dari 125.000 hektare ini memiliki hutan rawa, padang rumput, dan hutan pantai yang bisa dijelajahi dengan perahu melalui Sungai Way Kambas. Salah satu fasilitas favorit adalah pusat pelatihan gajah yang memungkinkan wisatawan berinteraksi langsung dengan satwa tersebut. Tersedia pula jalur untuk pengamatan satwa, tempat berkemah, area outbound, dan penangkaran hewan langka. Untuk kebutuhan dasar seperti toilet, tempat makan, toko oleh-oleh hingga tempat parkir juga telah disediakan. Bagi peneliti dan pengunjung yang ingin menginap, tersedia resort dan wisma lengkap dengan laboratorium kecil. Semua fasilitas ini dirancang agar pengunjung tidak hanya berlibur, tapi juga mendapatkan pengalaman belajar langsung dari alam.