Have Seat Will Travel – Kota Lama Surabaya kini kembali bersinar sebagai salah satu destinasi wisata unggulan yang menghadirkan perpaduan antara warisan budaya dan sentuhan modern. Kawasan ini telah mengalami revitalisasi besar-besaran sejak pertengahan 2024 dan secara resmi dibuka kembali untuk publik. Dikenal sebagai tempat bersejarah yang menyimpan jejak multikultur, Kota Lama kini menjadi lokasi yang ramai dikunjungi wisatawan, pecinta sejarah, hingga pemburu konten media sosial. Identitas khas dari bagian Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu yang dulu tampak usang, kini disulap menjadi area pedestrian yang nyaman dan estetis. Tidak hanya menarik secara visual, kawasan ini juga mengajak pengunjung untuk benar-benar merasakan suasana masa lalu melalui transportasi unik seperti Jeep Tour dan Toerwagen bertenaga listrik.
Proyek peremajaan Kota Lama dimulai sejak pertengahan 2024. Fokus utamanya adalah mempertahankan unsur sejarah namun memberikan sentuhan kekinian yang dapat dinikmati generasi saat ini. Gedung-gedung tua dengan arsitektur kolonial dibersihkan dan dicat ulang. Lampu jalan vintage dipasang di sepanjang rute pedestrian, memberikan kesan romantis pada malam hari. Fasad-fasad toko yang sempat terbengkalai juga dihidupkan kembali menjadi kafe, galeri seni, hingga toko oleh-oleh khas Surabaya. Revitalisasi dilakukan dengan pendekatan konservatif dan partisipatif. Material asli bangunan dijaga sedapat mungkin agar nuansa otentik tetap terjaga. Tim arsitek lokal bekerja sama dengan sejarawan dan komunitas heritage setempat agar elemen budaya tidak hanya ditampilkan secara visual, tetapi juga dimaknai secara historis.
“Baca juga: Bukit Kali Kuning: Tempat Camping Tenang di Tengah Alam Sleman”
Salah satu daya tarik utama dari Kota Lama Surabaya adalah keunikan wilayahnya yang terbagi dalam empat karakter budaya: Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu. Masing-masing zona memiliki ciri arsitektur dan atmosfer yang berbeda. Di area Eropa, pengunjung akan menemukan bangunan tinggi dengan jendela lengkung dan balkon besi tempa. Jalan-jalan lebar dan deretan kafe klasik menciptakan kesan seperti berada di kota tua Eropa. Di kawasan Pecinan, lampion gantung, relief naga, dan aroma khas dari toko-toko rempah menjadi suguhan yang membawa ingatan pada kehidupan komunitas Tionghoa zaman dahulu. Sedangkan di zona Arab, arsitektur khas Timur Tengah dengan ornamen lengkung dan warna pasir menghadirkan suasana seperti di pasar tradisional Hadramaut. Di area Melayu, rumah-rumah kayu panggung dengan ukiran tradisional tampak selaras dengan suasana tropis Surabaya. Semua elemen tersebut dikurasi dengan teliti agar menciptakan pengalaman menyeluruh, bukan sekadar menjadi latar foto.
Salah satu inovasi menarik dari pengelolaan Kota Lama adalah hadirnya moda transportasi tematik. Pengunjung kini bisa menyusuri rute heritage dengan menaiki Jeep klasik yang didesain ala tahun 1940-an. Kendaraan ini bukan hanya alat transportasi, melainkan bagian dari pengalaman wisata itu sendiri. Setiap tur dipandu oleh pemandu yang menjelaskan sejarah tiap titik penting dalam kawasan tersebut. Selain itu, tersedia pula Toerwagen listrik yang menjadi pilihan ramah lingkungan untuk menjelajahi area pedestrian tanpa harus berjalan jauh. Kendaraan ini berbentuk seperti trem kecil terbuka yang dapat dinaiki secara berkelompok. Tidak hanya praktis, Toerwagen juga memberikan nuansa retro yang membuat pengunjung merasa seperti menjelajah masa lalu. Penggunaan kendaraan ramah lingkungan ini sekaligus menjadi upaya mendukung konsep wisata berkelanjutan.
Kota Lama Surabaya juga menjadi rumah baru bagi berbagai jenis kuliner lokal yang dipadukan dengan konsep kekinian. Pengunjung dapat menemukan lapak makanan kaki lima yang disajikan dengan desain booth estetik, café dengan nuansa kolonial, hingga restoran fine dining bertema tempo dulu. Beberapa kafe bahkan memanfaatkan interior bangunan tua asli dengan tambahan furnitur antik. Di sisi lain, ruang-ruang kreatif juga bermunculan. Galeri seni, workshop batik, kelas kaligrafi Arab, dan toko barang daur ulang menjadi pelengkap yang menambah nilai edukatif dan ekonomi kreatif di kawasan ini. Festival budaya juga rutin diadakan, seperti pertunjukan musik akustik, parade kostum etnik, dan pameran fotografi sejarah. Aktivitas ini memperkaya pengalaman wisatawan sekaligus memperkuat identitas Kota Lama sebagai pusat kebudayaan.
“Simak juga: Era Rumah Pintar: Samsung Siap Luncurkan Bespoke AI Home Appliances”
Kemudahan pengunjung juga menjadi perhatian utama. Fasilitas seperti jalur khusus pejalan kaki, toilet bersih, titik istirahat, serta papan informasi multibahasa tersedia di berbagai sudut. Akses WiFi gratis telah disediakan di titik-titik strategis. Informasi sejarah tiap bangunan dapat diakses melalui kode QR, sehingga pengunjung cukup memindai dengan ponsel untuk mendapatkan cerita lengkap. Kemajuan digital turut dimanfaatkan untuk promosi dan pelayanan. Tiket tur dapat dipesan melalui aplikasi, dan pengunjung dapat memeriksa peta kawasan secara online. Kehadiran fitur ini menjadikan Kota Lama sebagai destinasi yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga praktis dan inklusif bagi berbagai kalangan.