Have Seat Will Travel – Bukit Wairinding adalah salah satu permata alam tersembunyi yang terletak di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Keindahan alamnya kembali menjadi sorotan setelah dijadikan latar foto prewedding oleh pasangan selebritas Maudy Ayunda dan Jesse Choi. Hamparan bukit yang memanjang dengan sabana luas dan alami, menghadirkan nuansa yang tenang serta pemandangan yang memukau. Bukit ini memberikan pengalaman visual yang sangat berbeda dari destinasi wisata lainnya di Indonesia. Lanskapnya menyerupai padang savana di luar negeri, namun tetap memiliki ciri khas khas Indonesia Timur yang kuat. Keindahannya semakin terasa saat matahari mulai naik atau tenggelam di ufuk. Siluet lembut bukit dipadu dengan gradasi cahaya menjadikan setiap sudutnya sangat fotogenik. Bukit Wairinding juga menjadi simbol kesederhanaan alam yang otentik dan belum banyak terjamah tangan modern. Setiap tahun, lokasi ini menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara yang mencari ketenangan serta pemandangan alami.
Bukit Wairinding terletak di Desa Pambota Jara, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Dari pusat Kota Waingapu yang merupakan ibu kota Sumba Timur, jarak menuju Bukit Wairinding sekitar 25 kilometer. Perjalanan ini dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam menggunakan kendaraan bermotor. Meski jalan yang dilalui sebagian besar telah beraspal, rute menuju Bukit Wairinding cukup berkelok dan melewati beberapa bukit kecil yang membuat perjalanan terasa lebih menarik. Wisatawan disarankan menyewa kendaraan pribadi agar dapat mengatur waktu lebih fleksibel. Rute ini juga dapat ditempuh menggunakan jasa travel lokal atau bus umum, meskipun opsi tersebut lebih terbatas dan kurang efisien. Keindahan sepanjang perjalanan menuju Bukit Wairinding juga menjadi daya tarik tersendiri, dengan panorama alam yang masih asri dan sedikit tersentuh pembangunan. Tanda penunjuk arah yang dipasang di beberapa titik membantu wisatawan menemukan lokasi ini dengan lebih mudah.
Bukit Wairinding tidak memiliki jam operasional khusus karena merupakan kawasan terbuka yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar. Wisatawan bisa datang kapan saja, namun waktu terbaik untuk berkunjung adalah saat matahari terbit dan menjelang matahari terbenam. Pada waktu tersebut, pemandangan yang disuguhkan akan terlihat lebih dramatis dan berkesan. Untuk masuk ke kawasan Bukit Wairinding, tidak dikenakan biaya tiket masuk resmi. Sebagai gantinya, pengunjung diminta untuk mengisi buku tamu dan memberikan donasi secara sukarela yang digunakan untuk mendukung warga setempat dalam menjaga area tersebut. Pada musim kemarau antara Juni hingga Oktober, savana di Bukit Wairinding tampak kecoklatan dan kering, menciptakan nuansa eksotis. Sedangkan saat musim hujan antara Oktober dan Desember, bukit akan diselimuti oleh rumput hijau yang lebat dan menyegarkan mata. Kedua musim ini menawarkan pengalaman visual yang sangat berbeda namun sama-sama memukau.
Daya tarik utama dari Bukit Wairinding adalah keindahan alamnya yang masih alami dan belum banyak terjamah. Hamparan bukit-bukit yang berundak menghadirkan sensasi luas dan terbuka, cocok bagi mereka yang ingin mencari ketenangan dari hiruk-pikuk kota. Pemandangan ini sangat cocok untuk kegiatan fotografi, berjalan-jalan, atau sekadar menikmati angin yang bertiup perlahan di atas bukit. Saat berkunjung, wisatawan juga kerap menjumpai anak-anak lokal yang sedang menggembalakan kuda atau ternak lainnya. Interaksi ini memberikan warna budaya tersendiri, karena tidak hanya menawarkan alam, Bukit Wairinding juga memperlihatkan kehidupan masyarakat setempat secara langsung. Momen sederhana seperti berfoto bersama anak-anak atau menaiki kuda yang dibawa mereka bisa menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Sering kali, wisatawan merasa bahwa suasana seperti ini tidak dapat ditemukan di tempat lain, apalagi di tengah kota yang serba modern dan cepat.
Mengunjungi Bukit Wairinding adalah perjalanan yang tidak hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga pengalaman emosional yang kuat. Bukit ini memberikan ruang untuk menyatu dengan alam dan merasakan kedamaian yang jarang ditemukan di tempat wisata lain. Tidak sedikit pengunjung yang mengaku ingin kembali karena merasa ada hubungan spiritual antara dirinya dan lanskap yang tenang ini. Suasana yang tercipta di bukit saat senja ataupun subuh membangkitkan rasa syukur atas keindahan alam Indonesia yang masih alami. Banyak juga yang menjadikan Bukit Wairinding sebagai tempat refleksi diri, pelarian dari rutinitas, dan tempat terbaik untuk melepaskan penat. Dalam beberapa kasus, momen penting seperti lamaran, foto prewedding, bahkan meditasi dilakukan di sini karena tempat ini dianggap memberi energi positif. Pengalaman tersebut tidak hanya direkam melalui kamera, tetapi juga tertanam kuat dalam ingatan pengunjung yang telah menginjakkan kaki di tanah Sumba Timur ini.