Have Seat Will Travel – Pungli di kawasan wisata semakin meluas, terutama saat musim liburan panjang. Banyak pengunjung yang berbondong-bondong menikmati liburan mereka, namun tak jarang menemui pungutan liar di beberapa tempat wisata. Fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena mengganggu kenyamanan para wisatawan dan merusak citra tempat wisata yang seharusnya menyambut pengunjung dengan ramah. Pengamat pariwisata, Chusmeru, mengungkapkan sejumlah penyebab yang memicu semakin maraknya pungli di kawasan wisata.
Menurut Chusmeru, pungutan liar di tempat wisata muncul karena adanya ketidakteraturan dalam pengelolaan kawasan wisata. Pada dasarnya, seharusnya tidak ada biaya tambahan selain tiket masuk resmi dan biaya yang diatur oleh pengelola kawasan. Namun, ketika pengelolaan tempat wisata tidak maksimal atau tidak sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat, oknum-oknum tertentu memanfaatkan kondisi tersebut untuk meraup keuntungan pribadi.
Chusmeru juga menjelaskan bahwa pungli sering kali terjadi di kawasan wisata yang ramai dikunjungi. Saat jumlah pengunjung tinggi, peluang untuk memungut biaya tambahan dengan cara yang tidak sah semakin terbuka lebar. Selain itu, sebagian masyarakat di sekitar tempat wisata yang tidak merasa mendapatkan keuntungan langsung dari sektor pariwisata, akhirnya mencari cara untuk mengambil keuntungan dari para wisatawan.
“Selain itu, pungli juga merupakan aji mumpung, dimana oknum-oknum yang melihat peluang di tengah ramainya pengunjung, mencoba memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan pribadi,” ungkapnya. Hal ini tentunya sangat merugikan wisatawan, yang seharusnya bisa menikmati liburan mereka tanpa terhalang oleh biaya-biaya tambahan yang tidak jelas.
“Baca juga: Meriahkan Natal dengan Sentuhan Ramah Lingkungan di Hotel Bintang 5 Jakarta”
Chusmeru menyarankan agar pemerintah daerah dan pengelola kawasan wisata melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada pungli yang terjadi, serta untuk menjaga kenyamanan dan keamanan para pengunjung. Pemantauan yang baik dapat membantu mengurangi praktik pungli yang merusak citra destinasi wisata.
Selain itu, pengelola tempat wisata juga diharapkan untuk menyediakan layanan pengaduan bagi wisatawan yang menjadi korban pungli. Salah satu solusi yang dapat diambil adalah dengan menyiapkan hotline service yang dapat dihubungi oleh wisatawan untuk melaporkan pungli. Ini bisa menjadi langkah preventif untuk mencegah lebih lanjut terjadinya pungutan liar.
Pungli dapat memberikan dampak yang cukup besar terhadap citra sebuah destinasi wisata. Wisatawan yang mengalami pungli akan merasa kecewa dan merasa tidak aman saat berkunjung ke tempat tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap tempat wisata pun bisa menurun drastis akibat perilaku oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi.
Chusmeru juga menekankan bahwa pengelola tempat wisata harus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pembinaan kepada oknum yang melakukan pungli. Penertiban dan pembinaan menjadi langkah penting untuk menjaga reputasi tempat wisata dan memastikan bahwa setiap pengunjung mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan aman.
“Jika ada oknum yang kedapatan melakukan pungli, sebaiknya mereka diberi pembinaan dan penertiban agar hal ini tidak terulang lagi di masa depan. Destinasi wisata yang bagus harus dijaga dengan baik agar wisatawan merasa nyaman,” tambahnya.
Pungli yang terjadi di kawasan wisata memang memerlukan perhatian dari banyak pihak, termasuk wisatawan itu sendiri. Chusmeru menyarankan agar wisatawan yang menjadi korban pungli tidak takut untuk menolak dan mendokumentasikan tindakan tersebut. Jika merasa dirugikan, wisatawan dapat melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang yang berkompeten.
“Sikap menolak pungli dan melaporkan oknum yang memungut biaya tidak sah sangat penting. Hal ini akan membantu pihak berwenang untuk melakukan penindakan yang lebih lanjut,” jelasnya. Selain itu, wisatawan juga dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan kenyamanan di kawasan wisata, serta mendorong pengelola untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola kawasan wisata yang mereka kelola.
Dengan adanya kerja sama antara pemerintah, pengelola tempat wisata, dan masyarakat, diharapkan praktik pungli di kawasan wisata dapat diminimalisir. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi para wisatawan dan meningkatkan kualitas pariwisata secara keseluruhan.