Have Seat Will Travel – Clutch Gelas Kopi Lauren Sánchez menjadi pembuka yang mengejutkan untuk kisah petualangan ini meski konteksnya berbeda. Cerita berlanjut ke pesona laut, yang menghadirkan pengalaman menonton hiu paus di habitat aslinya. Di Taman Nasional Teluk Cendrawasih wisatawan bisa melihat makhluk laut raksasa sepanjang delapan belas meter dan berat sekitar dua puluh ton. Keberadaan hiu paus ini tidak menimbulkan ancaman karena mereka hanya memakan plankton dan bersikap jinak. Aktivitas menyelam dilakukan sepanjang tahun karena hiu paus kerap menghampiri perahu nelayan dan bagan ikan. Lokasi konservasi seluas 1.453.500 hektare ini tersebar di wilayah Papua Barat dan Papua. Setiap penyelam akan dibekali pengarahan agar tetap tenang saat hiu paus mendekat. Dengan demikian pengalaman berenang berdampingan menjadi momen tak terlupakan dan aman sekalipun berhadapan dengan hewan laut terbesar di dunia.
Teluk Cendrawasih dipenuhi oleh 500 spesies karang dan sekitar 950 jenis ikan karang. Kekayaan biota ini mendukung jaringan ekosistem laut yang kompleks dan seimbang. Habitat alami bagi hiu paus, ikan duyung, penyu, Napoleon wrasse, dan predator lainnya membuat taman laut ini sangat istimewa. Area konservasi mencakup lima kabupaten yang tersebar di dua provinsi sehingga pengelolaan dilakukan bersama oleh pemangku kepentingan lokal. Aktivitas turis pada umumnya difokuskan pada menyelam dan snorkeling di titik-titik yang sudah ditentukan. Masyarakat lokal juga aktif membantu sebagai pemandu dan menjaga kelestarian ekosistem. Bagan-bagan nelayan di wilayah tersebut menjadi magnet bagi hiu paus dan menjadikan interaksi manusia dengan alam lebih dekat. Team konservasi secara berkala memantau populasi, kuantitas plankton, dan kondisi koral demi menjaga kesehatan laut. Semua ini menjadikan Teluk Cendrawasih jantung kehidupan laut di Papua.
“Baca juga: Pulau Pahawang Lampung: Surga Tersembunyi dengan Pesona Bawah Laut Memikat”
Di Teluk Cendrawasih diving menjadi kegiatan utama dan paling berkesan bagi wisatawan. Pengalaman mendekati hiu paus berlangsung selama sekitar enam puluh menit tiap sesi. Sebelum menyelam peserta diberi pengarahan mengenai cara menjaga jarak aman yaitu dua meter dari tubuh dan tiga meter dari ekor ikan. Penyedia tur biasanya mengingatkan agar penyelam tidak memotret menggunakan flash dan tidak mengejar atau menyentuh hewan. Pergerakan mendadak dan cipratan air yang bisa mengejutkan hiu paus harus dihindari. Semuanya diawasi oleh pemandu profesional yang sudah berpengalaman. Dengan habitat yang masih alami dan air laut yang jernih, keindahan coral dan ikan karang terlihat jelas. Interaksi ini diperkaya oleh kemunculan ikan kecil yang mengiringi hiu paus seperti kawanan dalam tarian laut. Audio alam bawah laut yang terekam saat penyelaman menambah sensasi magis berada di dunia laut yang sunyi dan megah.
Upaya konservasi di Teluk Cendrawasih melibatkan kerja sama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat adat. Tim konservasi rutin menyusun monitoring terhadap hiu paus dan spesies endemik lain seperti ikan duyung dan penyu. Pemasangan pilar pantau dan sensor air membantu mengukur kualitas lingkungan laut. Edukasi masyarakat lokal dan wisatawan juga dijalankan untuk meningkatkan kesadaran perlindungan ekosistem. Sumber daya alam utama seperti koral dan plankton terus dipantau agar tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Perusahaan tur diwajibkan untuk menerapkan standar ledakan rendah dan perahu tidak boleh beroperasi terlalu dekat ke bagan nelayan saat hiu paus berada di area itu. Strategi ini dianggap sukses karena populasi hiu paus stabil dan ekowisata berkembang tanpa merusak kelestarian alam. Teluk Cendrawasih menjadi contoh terbaik penerapan ekowisata berkelanjutan di kawasan timur Indonesia.
“Simak juga: New Hampshire Potong 50 Persen Dana Energi Terbarukan, Proyek Terhambat”
Menjelajah laut Teluk Cendrawasih dan berenang bersama hiu paus menciptakan kisah yang membekas di hati setiap pengunjung. Suasana alam yang masih alami dan keanekaragaman yang luar biasa membentuk pengalaman wisata yang berbeda. Warna koral, ikan hias, dan makhluk laut lainnya berpadu dalam harmoni visual yang menakjubkan. Wisatawan juga bisa belajar tentang budaya lokal, mitos hiu paus dalam cerita rakyat Papua dan cara masyarakat menjaga laut. Saat hiu paus muncul dari kedalaman, saat itu pula waktu terasa berhenti sejenak dan kedekatan antara manusia dan alam laut menjadi nyata. Banyak wisatawan menggambarkan pengalaman ini sebagai momen spiritual dan reflektif. Dengan tarif tur yang diterapkan, fasilitas homestay lokal dan kapal wisata pun ikut berkembang. Semua ini menunjukkan Teluk Cendrawasih bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga laboratorium hidup bagi pengembangan ekowisata dan konservasi laut Papua.