Have Seat Will Travel – Danau Jempang adalah danau alami yang berada di Kecamatan Jempang, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Terletak di alur Sungai Mahakam, danau ini memiliki luas sekitar 15.000 hektare dengan kedalaman mencapai 8 meter. Lokasinya menjadikan Danau Jempang sebagai danau terbesar di antara 76 danau lain yang tersebar di sepanjang tepian Mahakam. Keindahan alam yang dimiliki danau ini bukan sekadar lanskap perairan luas, melainkan juga pemandangan hutan tropis dan kehidupan ekosistem yang sangat hidup. Danau ini memancarkan nuansa ketenangan yang cocok bagi pencari suasana alami yang masih perawan. Udara di sekitarnya sejuk dengan tiupan angin khas danau terbuka, memberikan suasana damai yang jarang dijumpai di kota. Suasana alami tersebut menjadikan Danau Jempang sebagai pilihan ideal untuk para wisatawan yang ingin menjauh sejenak dari hiruk pikuk perkotaan dan merasakan kedekatan dengan alam.
Danau Jempang menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa, menjadikannya lebih dari sekadar tempat wisata alam biasa. Berbagai jenis burung hidup bebas di sekitar danau, seperti burung kuntul, pecuk ular, blekok, walet, cangak, dan bangau. Keberadaan burung-burung ini menjadi pemandangan menarik yang sering dicari para fotografer dan pengamat burung. Di dalam perairannya, danau ini juga menjadi habitat alami berbagai jenis ikan endemik, seperti ikan jelawat, ikan gabus, ikan baung, dan ikan patin. Spesies-spesies tersebut menandakan bahwa kondisi ekologis Danau Jempang masih terjaga secara alami meskipun telah dikunjungi banyak wisatawan. Selain sebagai objek wisata, danau ini juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan. Upaya pelestarian habitat telah dilakukan oleh masyarakat sekitar secara turun-temurun melalui kebiasaan adat yang tetap dijaga, sehingga keseimbangan antara manusia dan alam tetap harmonis.
“Baca juga: Pantai Balekambang: Keindahan Alam dan Pura di Atas Karang”
Di tepian Danau Jempang terdapat sebuah desa tradisional bernama Tanjung Isuy. Desa ini merupakan salah satu kampung rawa yang masih mempertahankan adat dan kebudayaan suku Dayak Benuaq. Di sini, wisatawan akan melihat rumah panggung yang berdiri di atas rawa dan sungai, sebuah arsitektur khas yang mencerminkan kearifan masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan perairan. Rumah adat Dayak Benuaq yang disebut Balai Adat Lamin Segah menjadi pusat kegiatan budaya dan simbol identitas lokal yang masih sangat dijaga. Wisatawan dapat menyaksikan pertunjukan tari tradisional seperti tari gantar, tari belian, dan tari enggang yang biasanya ditampilkan saat acara penyambutan tamu atau upacara adat. Seni dan budaya di desa ini tidak dibuat untuk pertunjukan semata, melainkan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Suasana desa yang tenang dan bersahabat memberikan nuansa wisata budaya yang penuh makna dan kehangatan lokal yang sulit dilupakan.
“Simak juga: UU Energi Baru AS: Peralihan Bersih Terhambat Pajak Komponen China”
Untuk sampai ke Danau Jempang, wisatawan harus menempuh perjalanan panjang namun penuh pengalaman. Dari Samarinda, perjalanan darat bisa dilakukan dengan menggunakan bus trayek Samarinda–Tanjung Isuy melalui Terminal Sungai Kunjang. Waktu tempuh sekitar tujuh jam dengan jarak mencapai 213 kilometer. Bagi yang ingin merasakan sensasi perjalanan air, perjalanan juga bisa ditempuh menggunakan perahu ketinting atau speedboat dari Dermaga Sungai Kunjang. Meski membutuhkan waktu sekitar satu hari, perjalanan ini menawarkan pemandangan sungai dan hutan yang indah sepanjang alur Mahakam. Pengalaman menyusuri sungai dengan perahu tradisional memberikan nuansa petualangan tersendiri, apalagi ketika melewati kampung-kampung kecil dan dermaga-dermaga terapung. Akses jalan yang belum seluruhnya mulus memang menjadi tantangan, namun justru memberi pengalaman unik tersendiri bagi para petualang sejati yang ingin mengeksplorasi Kalimantan Timur secara otentik.
Danau Jempang dianggap sebagai destinasi wisata yang memiliki potensi besar di sektor ekowisata dan budaya. Keaslian alam serta kekayaan adat istiadat menjadi kombinasi yang jarang ditemui di tempat lain. Salah seorang wisatawan bernama Sisilia menyampaikan harapannya agar ke depannya pemerintah bisa memperkuat fasilitas umum di sekitar lokasi wisata. Menurutnya, dibutuhkan fasilitas pendukung seperti kantin atau tempat beristirahat yang layak bagi wisatawan yang datang dari jauh. Beberapa fasilitas dasar memang sudah tersedia, namun masih perlu ditingkatkan agar pengalaman berwisata menjadi lebih nyaman. Sementara itu, masyarakat sekitar secara aktif berperan dalam menjaga lingkungan dan nilai-nilai lokal. Pelestarian ekosistem danau dilakukan melalui pendekatan adat, seperti pengaturan waktu tangkap ikan dan pelarangan aktivitas merusak lingkungan. Dengan keterlibatan semua pihak, diharapkan Danau Jempang tetap lestari dan terus menjadi kebanggaan masyarakat Kutai Barat yang kaya akan warisan budaya dan keindahan alam.